Kesenangan Pribadi vs Kesenangan Orang Tua

Saya punya satu kisah menarik untuk Anda. Siang itu, salah seorang sahabat saya ingin membeli satu unit rumah di perumahan yang saya kembangkan. Ketika kami bertemu, dia bilang: ‘Pengen sih Pak. Hitung-hitung buat investasi. Tapi saya juga mau mengumrahkan ibu saya. Jadi rada bingung ngatur duitnya’. Yah antara kesenangan pribadi dan kesenangan orang tua. Lantas apa jawaban saya? ‘Kalau begitu, tunda dulu beli rumahnya. Mending umrahkan dulu sang ibu. Kapan lagi bisa menyenangkan hati orang tua?’. Dengan kata lain saya melepaskan seoran calon pembeli. Akhirnya sahabat saya memutuskan tetap membeli rumah dan tetap mengumrahkan ibunya.


Kemudian, apa yang terjadi? tidak disangka-sangka, dia malah memenangkan salah satu doorprize yan memang disediakan dan diundi untuk setiap pembeli perumahan saya. Hmm, Anda mau tahu apa doorprize-nya? Satu unit motor senilai belasan juta! Hampir setara dengan biaya umrah tersebut. Saya sampai terkagum sendiri. Dia dapat rumah, dapat motor, mengumrohkan orang tua dan berbakti kepada orang tua. Yan kepikir hanya dapat satu, ujung-ujungnya malah dapat semuanya.
Begitulah kalau yang namanya berbakti kepada orang tua tidak akan pernah berakhir dengan sia-sia. Apa bila Anda berhasil membuat Sepasang Bidadari tersenyum, pastilah Yang Maha Kuasa serta merta mengulurkan tanganNya untuk Anda.
Nah sekarang mungkin Anda sudah bisa menebak siapa Sepasang Bidadari itu?